Sabtu, 19 November 2011

LAPORAN PENDAHULUAN POSTPARTUM


LAPORAN PENDAHULUAN
POSTPARTUM 


A. POST PARTUM
1. Pengertian
“Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.” (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat  kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.



2. Nifas Dibagi dalam 3 Periode
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).

3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum
a. Perubahan Fisiologis
Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram. (Mochtar, 1998)
Lochea 
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml. (Mochtar, 1998).

Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.  Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya saja.
Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Pillitteri, 1999).
Proses Laktasi 
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Pillitteri, 1999).
Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum lainnya. (Sherwen, 1999).
Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit. Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura. (Sherwen, 1999).
Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Sherwen, 1999).
Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Sherwen, 1999).
Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih, distensi kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih, frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk merasakan penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih. (Pillitteri, 1999).
Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit. Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi, abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi. (Sherwen, 1999).
b. Perubahan Psikologis
Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum.
Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

4. Penatalaksanaan Post Partum (Novak, 1999).
Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24 jam sampai 48 jam post partum. 
Perawatan Payudara 
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post partum.
Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI. 
Aktivitas Seksual 
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.

5. FOKUS PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, dan stimulasi simpatis.
c. Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi hipoglikemia/ketoasidosis.
d. Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan, defisiensi imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat transfusi darah, dan tanda munculnya proses infeksi.

6. PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan trauma emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan rasa sakit, memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi mengenai proses penyakit



7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
b. Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan tubuh terhadap bakteri
c. Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas.
d. Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)

8. INTERVENSI KEPERAWATAN
DP Tujuan Intervensi Rasional 
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan Ansietas berkurang setelah dilakukan perawatan dengan KH:
Tidak menunjukkan traumatik pada saat membicarakan pembedahan
Tidak tampak gelisah
Tidak merasa takut untuk dilakukan pembedahan yang sama.
Pasien merasa tenang Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman.
Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu. rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan terhadap perawat.
Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan tubuh terhadap bakteri infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan KH: 
Tanda-tanda vital normal
Jumlah sel darah putih normal
Luka operasi kering
Tidak ada pus pada luka Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Monitor tanda-tanda vital.
Monitor tanda-tanda infeksi pada luka.
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan luka.
Lakukan ganti balut pada hari ke tiga post operasi.
Lakukan angkat jahit sebagian pada hari ke lima post operasi.
Berikan antibiotika sesuai advis dokter. Mencegah timbulnya infeksi silang (nosokomial)
Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 24 jam pertama dengan KH:
Ekspresi wajah tenang
Pasien tidak mengeluk nyeri atau mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang
Pasien mengatakan skala nyeri berkurang Kaji tingkat nyeri
Jelaskan sebab-sebab nyeri
Ajarkan managemen nyeri dengan relaksasi (tarik nafas dalam) dan pengalihan perhatian.
Berikan posisi yang nyaman.
Berikan obat analgetik sesuai advis dokter.
Mengevaluasi nyeri, untuk menentukan efektivitas terapi dan pilihan intervensi
Meningkatkan pemahaman tentang nyeri

Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
Nutrisi dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman kebutuhan diet individu.
Klien terlihat tidak lemah.
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Evaluasi kemampuan makan
Timbang berat badan sesuai indikasi
Catat masukan oral bila / saat boleh makan lagi.
Berikan makanan sesuai diit klien.
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat






















DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Rostam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2000. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket