ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
A. KONSEP MEDIS TENTANG HEPATITIS
1. Pengertian
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati. (Price S.A., 1995 : 439).
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. (Ngastiyah, 1997 : 191).
Hepatitis adalah inflamasi akut hepar. Ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik, tetapi hepatitis virus yang paling sering terihat. (Engram B. 1998 : 524).
Istilah hepatitis sendiri dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). (Silalahi L., 2004 : 1).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa hepatitis (liver) adalah peradangan atau infeksi yang terutama terjadi pada hati dan bisa disebabkan oleh virus, bakteri, cedera atau toksik serta dapat menular.
2. Etiologi
Beberapa virus yang menyebabkan hepatitis adalah :
a. Hepatitis A Virus (HAV)
Merupakan virus RNA kecil yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase preikterik. HAV sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. HAV terutama ditularkan melalui oral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan ditunjang oleh adanya sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak intim (tinggal serumah atau seksual). Masa inkubasi rata-rata adalah 28 hari. Masa infektif tertinggi adalah pada minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus.
b. Hepatitis B Virus (HBV)
HBV termasuk virus DNA bercangkang ganda yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. Infeksi HBV merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan kanker hati di seluruh dunia. Cara utama penularan HBV melalui parenteral dan menembus membran mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 120 hari. Hampir semua cairan tubuh –darah, semen, saliva, air mata, asites, susu ibu, kemih dan juga feses– dari orang yang terinfeksi dapat menular, terutama 3 dari yang pertama.
c. Hepatitis C Virus (HCV)
HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak. HCV diduga terutama ditularkan melalui jalan parenteral, kemungkinan melalui kontak seksual. Virus dapat menyerang semua kelompok usia, tetapi lebih sering orang dewasa. Masa inkubasi berkisar 15–160 hari, rata–rata 50 hari.
d. Hepatitis D Virus (HDV)
HDV (delta) merupakan virus RNA. Penularannya terutama melalui serum. Masa inkubasinya sekitar 2 bulan.
e. Hepatitis E Virus (HEV)
HEV adalah suatu virus RNA kecil. Infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral, dan telah dikaitkan lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang dewasa muda sampai setengah umur, dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas yang sangat tinggi (20 %). Masa inkubasinya sekitar 6 minggu. (Price S.A., 1995 : 440–442).
Etiologi Hepatitis yang lain yaitu :
a. Yang menyebabkan abses hati, diantaranya :
Komplikasi infeksi, obstruksi traktusbiliaris, penyebaran dari visera saluran cerna, septikemia, trauma pada hati, abses amoeba.
b. Yang menyebabkan trauma pada hati, diantaranya :
Luka tusuk tembus, luka tumpul (kecelakaan lalu lintas, jatuh).
c. Yang menyebabkan karsinoma hati, diantaranya :
Faktor resiko primer hepatitis, sirosis, hepatotoksin, trauma metastasis dari tempat lain umumnya dari visera abdomen, payudara, paru-paru, ginjal, ovarium, testis, kulit. (Barbara C. Long, 1996)
3. Tanda dan Gejala
a. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
b. Hepatitis B
Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual muntah, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning, dan air kencing berwarna gelap.
c. Hepatitis C
Gejala yang dirasakan pada hepatitis C antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit pada bagian atas sebelah kanan perut atau hilangnya nafsu makan. (Silalahi L., 2004/03/26/)
4. Patofisiologi
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol; menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan organ pada umumnya akan gagal berfungsi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/ 2004/03/26/).
Hepatitis, penyakit hati yang biasanya sembuh sendiri dan tanpa komplikasi, disebabkan oleh agen virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi lima jenis; hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatosit (sel epitelail hati) dirusak secara langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh terhadap virus; pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi seluler yang menimbulkan inflamasi, nekrosis, dan autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh fagositosis sel. Biasanya penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronik dan sirosis. (Betz C.L., 2002 : 185).
Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit Hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi. Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat menyebarkan penyakit ini. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah terinfeksi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/2004/03/26/).
Beberapa etiologi yang mengakibatkan terjadinya Hepatitis diantaranya; komplikasi infeksi, obstruksi traktusbilliaris, penyebaran dari visera saluran pencernaan, septikemia, trauma pada hati dan abses amoeba. Yang menyebabkan kelainan yaitu abses hati, sehingga dari gejalanya dapat terjadi gangguan citra tubuh dan harga diri rendah. Sedangkan luka tusuk tembus, luka tumpul, kecelakaan mengakibatkan kelainan trauma pada hati, sehingga dilihat dari gejalanya menjadikan perubahan perlindungan. Sedangkan adanya faktor resiko primer hepatitis, sirosis, hepatotoksis, trauma metastase dari tempat lain umumnya dari visera abdomen, payudara, ginjal, ovarium, testis, kulit yang menyebabkan kelainan karsinoma hati dan bisa beresiko tinggi terhadap infeksi, dan yang mana gejalanya memunculkan masalah kurang pengetahuan, intoleransi aktifitas (lemah badan), resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.
Dari ketiga kelainan tersebut, menyebabkan peradangan hati, sehingga menimbulkan beberapa gangguan yaitu necrosis hati yang mengakibatkan menurunnya metabolisme (karbohidrat, lemak, protein, besi). Akibat menurunnya metabolisme tersebut, terjadi penurunan fungsi hati. Peradangan hati juga menimbulkan nyeri sehingga muncul anoreksia. Akibatnya anoreksia menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka terjadi penurunan BB, timbul kelemahan pada pasien, yang disebabkan oleh yang lain yaitu hipoglikemia dan menurunnya metabolisme tubuh (karbohidrat, lemak, protein, besi) yang nantinya mengakibatkan kelelahan. Anoreksia juga timbul karena nausea dan vomitus yang merupakan gejala dari gangguan gastrointestinal akibat peradangan hati. Peradangan hati juga memunculkan gejala gastrointestinal yaitu disfungsi intestinal, penyebab kelemahan yang lain yaitu hipoglikemia. Dan yang lebih parah lagi, peradangan hati bisa sampai ke gagal hati total.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit, istirahat, dan pengobatan medikamentosa.
a. Diit
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diit hati II-III.
b. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
c. Medikamentosa
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 X 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
4) Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin.
5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-515)
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat, hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati yang membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, lethargy, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV, studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Globulin imun (Ig) : digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan hepatitis A.
b. HBIG : diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan.
c. Vaksin hepatitis B (Heptavax–B) : digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B. (Betz C.L., 2002 : 185)
5. Kerangka Pikir
Berikut ini adalah kerangka pikir yang dapat penulis kemukakan pada keadaan keluarga Tn.AM :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar