Laporan Pendahuluan
Harga Diri Rendah
A. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan konsep diri : (harga diri rendah)
B. Pengertian
1. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dari harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekpresikan secara langsung dan tak langsung.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Cowsisend, 1998).
Scholtz dan Videback (1998 mengemukakan bahwa ganggua harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Carpenito, LJ (1998: 352); Keliat B.A (1994:20) adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit : Misalnya malu dan sedih karena Rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan / mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat, Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien suka mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : Menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang mal adaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998: 336).
5. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
b. Masalah dan data yang perlu dikaji
No Masalah keperawatan Data Subyektif Data obyektif
1 Isolasi sosial menaik diri -Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
-Mengungkapkan enggan untuk berbicara dengan orang lain
-Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain -Ekspresi wajah kosong
-Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
-Suara pelan dan tidak jelas
2 Gangguan konsep diri; harga diri rendah -Mengungkapakan ingin diakui jati dirinya
-mengungkapkan tidak ada yang peduli lagi
-Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
-Mengungkapkan dirinya tidak berguna
-Mengkritik diri sendiri
-Merusak diri sendiri
-Merusak orang lain
-Menarik diri dari hubungan sosial
-Tampak mudah tersinggung
-Tidak mau makan dan tidak tidur
3 Berduka disfungsional -mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
-Mengungkapkan sedih karena idak naik kelas
-Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena dicraikan suaminya
c. Diagnosa keperawatan
1. isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. gangguan konp diri: haga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsioanal
Daftar pustaka
1. Azis R, dkk, Pedoman asuhan kprawatan jiwa, Semarang: RSJD. Dr Amino Gondohutomo, 2003.
2. Boyd MA, Psychiatric nursing: Contemporory practise Philadelpia: Lipincott Raven Publisher, 1998
3. Keliat BA. Proses Keperawatan jiwa, Edisi I Jakarta: EGC, 1999
4. Stuart GW, Sudden SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC, 1998
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi I. Bandung: RSJP Bandung 2000.
Laporan Pendahuluan
Perilaku kekerasan
A. Masalah Utama
Resiko mencederai diri, lingkungan dan orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Marah merupakan, perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak tpenihi yang dirasakan ebagai ancman (Stuart dan Sundeen, 1995). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptive.
2. Tanda dan Gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd dan Nibore, 1998) antara lain:
a. Data Objektif
- Muka marah
- Pandangan tajam
- Otot tegang
- Nada suara tinggi
- Berdebat
- Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
- Merampas makanan, memukul jika tidak senang
b. Data Subjektif
- Mengeluh perasaan terancam
- Mengungkapkan perasaan tidak berguna
- Mengungkapkan perasaan jengkel
- Mengungkapkan adanya keluhan fisik berdebar-debar, merasa tercekik, sesak, bingung
3. Akibat
Menurut Townsend, M.C,(1998:156) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menonjolkan perilaku:
Data Subjektif:
a. Mengungkapkan melihat atau mendengar sesuatu yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
c. Wajah tegang dan marah
d. Mondar-mandir
e. Mata melotot
f. Rahang mengatup
g. Tangan mengatup
h. Keluar banyak keringat
i. Tatapan mata tajam
j. Muka merah
C. Masalah dan Data yang perlu Dikaji
No.
Masalah keperawatan Data Subjektif Data Objektif
1. Masalah utama: perilaku kekerasan Klien mengatakan telah merusak alat-alat rumah tangga dan memukul orang lain -Tampak cemas dan khawatir
- Wajah tampak tegang
- Mondar-mandir
- Merasa diremehkan orang lain
2. Mk: penyebaba gangguan konsep diri:harga diri rendah - Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
- Mengungkapkan tidak ada yang peduli
- Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
- Mengungkapkan dirinya tidak berguna
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaaan tidak mampu - Merusak diri sendiri
- Merusak orang lain
- Ekspresi malu
- Menarik diri dari hubungan sosial
- Tampak mudah tersinggung
- Tidak mau makan dan tidur
3. MK: Akibat
Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain - Klien mengungkapkan takut, cemas dan khawatir
- Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar mengancam dan membuatnya takut - Wajah klien tampak tegang
- Mata merah dan melotot
- Rahang mengos
- Tangan mengepal
- Mondar-mandir
D. Pohon Masalah
E. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
F. Rencana Tindakan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC, 1995.
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC, 1999.
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta: EGC, 1999.
4. Aziz. R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr. Amino Gondho Utomo, 2003.
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi I. Bandung, RSJP Bandung, 2000.
Laporan Pendahuluan
Halusinasi
A. Masalah Utama
Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundeeen, 1998).
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatic sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang di cintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self esseem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadi halusinasi. Ancaman terhadap harga diridan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses nasionalisasi tidak efektif lagi, hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungannya
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu, juga ketergantungan dri pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
C. 1. Pohon Masalah
2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Perubahan sensori perceptual : halusinasi
a. Data Subjektif :
- Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
- Melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Mencium bau tanpa stimulus
- Merasa makan sesuatu
- Merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Takut pada suara / bunyi / gambaran yang didengar
- Ingin memukul / melempar barang-barang
b. Data Objektif
- Berbicara dan tertawa sendiri
- Bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
- Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
D. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
b. Perubahan sensori perceptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
E. Tindakan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz. R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa, Semarang: RSJD Dr. Amino Gondho Utomo, 2003.
2. Zoyd MA, Hihart MA, Psychiotic Nursing: Contemporary Practice, Philadelpia: upincott- Rover Publisher, 1998.
3. Keliat B.A, Proses Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.
4. Stuart GW, Sundeen S.J, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC, 1998.
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi I. Bandung, RSJP Bandung, 2000.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Pertama ( 1 )
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga dirumah sering marah-marah dan ingin memukul seseorang yang menasehatinya.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
3. TUK
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, nama saya Agung Sugiarto, biasa dipanggil Agung, saya perawat disini,
Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
b. Evaluasi / Validasi
“Ada apa dirumah sampai dibawa kemarin?”
c. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan mas Z marah.
- Tempat
“Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau diruang tunggu saja?”
- Waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?”
2. Kerja
- “Apa yang membuat mas Z marah-marah dan memukul orang?”
- “Apakah ada yang membuat mas Z kesal?”
- “Apakah sebelumnya mas Z pernah marah?”
- “Apa penyebabnya? Apakah sama dengan sekarang?”
- “Baiklah, jadi ada yang menyebabkan mas Z marah-marah ya”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mas Z setelah kita bercakap-cakap”
b. Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan 3 penyebab mas Z marah-marah, bagus sekali”
c. Rencana tindak lanjut
“Baiklah, waktu kita sudah habis, nanti kita coba mas Z ingat lagi, penyebab marah yang belum kita bicarakan.”
d. Kontrak
- Topik
“Nanti kita akan bicarakan perasaan mas Z pada saat marah dan cara marah yang biasa mas Z lakukan”
- Tempat
“Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau disini?”
- Waktu
“Kira-kira 30 menit lagi ya, sampai nanti”
STRATEGI PELAKSANAAN
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 2 (Dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien dapat menyebutkan penyebab marah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK
1. Mengindentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mas Z”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mas Z saat ini?
“Apakah masih ada penyebab marah mas Z yang lain”
e. Kontrak
- Topik
“Baiklah kita akan membicarakan perasaan mas Z saat sedang marah”
- Tempat
“Mau dimana ? Bagaimana diruang tunggu saja?”
- Waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”
2. Kerja
- “Mas Z pada saat dimarahi oleh ibu apa yang mas Z rasakan?”
- “Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?”
- “Lalu apa yang biasanya mas lakukan?”
- “Apakah sampai memukul? Atau Cuma marah-marah saja?”
- “Mas Z, coba praktekkan cara marah pada saya, anggap perawat (saya) adalah orang tua yang membuat mas Z jengkel, wah benar sekali”
- “Nah, bagaimana perasaan mas Z setelah memukul meja?”
- “Apakah masalahnya selesai?”
- “Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit”
- “Bagaimana mas Z, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat”
- “Baiklah waktu kita sudah habis”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mas Z setelah kita bercakap-cakap”
b. Evaluasi Objektif
“Apa saja tadi yang kita bicarakan?”
“Benar, perasaan saat marah, apa saja tadi? Ya betul, Ok!”
“Lalu cara marah yang lama, apa saja tadi? Ya betul lagi, Ok?”
“Dan akibat marah, apa saja? Ya betul sampai dibawa ke rumah sakit.”
c. Rencana tindak lanjut
“Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba ingat-ingat lagi perasaan mas Z sewaktu marah dan cara mas Z serta akibat yang terjadi, kalau di rumah sakit ada yang membuat mas Z marah beritahu saya, ya”
d. Kontrak
- Waktu: “Besok pagi, kita ketemu ya”
- Tempat: “Bagaimana kalau disini lagi?”
- Waktu: “Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat, sampai besok ya”
STRATEGI PELAKSANAAN
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan : Ke 3 (Tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah yang biasa dilakukan seerta akibat yang terjadi
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK
1. Memilih satu cara marah yang konstruktif
2. Mendemontrasikan satu cara marah yang konstruktif
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mas Z”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mas Z saat ini?
“Wah bagus sekali”
“Apakah ada yang membuat mas Z marah sore”
“Apakah masih ingat cara marah, akibat marah yang pernah dilakukan mas Z? Apakah mungkin masih ada penyebab marah mas Z yang lain?”
c. Kontrak
- Topik
“Mas Z masih ingat …………………..”
- Tempat
“Mau dimana ? Bagaimana …………………….dijalankan tunggu saja?”
- Waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit”
2. Kerja
- “Mas Z ada berapa cara marah yang ssehat, hari ini kita pelajari satu cara”
- “Nah mas Z boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?”
- “Jadi kalau mas Z kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar cara marah yang lama tidak terjadi”
- “Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak lurus lalu tarik nafas lewat hidung kemudian keluarkan pelan-pelan melalui mulut”
- “Coba ikuti saya, tarik nafas lewat hidung, ya bagus, tahan sebentar, dan tiup lewat mulut pelan-pelan, Ok, ulangi sampai 5 kali”
- “Baiklah waktu kita sudah habis”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mas Z setelah mas Z latihan, ada perasaan lega”
b. Evaluasi Objektif
“Apa saja tadi yang kita bicarakan?”
“Benar, berapa kali?”
“Ya betul, 5 kali?”
c. Rencana tindak lanjut
“Nah berapa kali sehari mas Z mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali sehari?”
“Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi Bangun tidur, lalu siang sebelum makan dan malam hari sebelum tidur?”
“Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal”
“Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, kalau sudah dijalankan di cek. Nah ini caranya.
d. Kontrak
Waktu: “Nanti siang kita ketemuan, bagaimana kalau jam 11.00?”
Tempat: “Bagaimana kalau disini lagi?”
Waktu: “Nanti siang kita mulai latihan cara marah yang lain”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Menarik Diri
Interaksi / Pertemuan : Ke I (Satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien senang menyendiri, kontrak dengan klien kini kurang, duduk dipojok, termenung
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. TUK
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu, kenalkan nama saya Agung Sugiarto, saya suka dipanggil agung, nama ibu siapa dan senangnya dipanggil apa, saya yang akan merawat ibu pada shif pagi ini”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini, sampai dibawa kemarin? Apa yang terjadi dirumah?”
f. Kontrak (Topik, waktu, tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kejadian dirumah, agar saya dapat membantu cara mengatasinya”
“Ibu mau berapa lama bercakap-cakap, bagaimana kalau 10 menit” Ibu mau bercakap-cakap dimana, bagaimana kalau diruangan ini”
2. Kerja
“Ibu tinggal dengan siapa saja dirumah”
“Siapa yang paling dekat dengan ibu”
“Apa yang membuat ibu dekat dengannya”
“Bagus sekali, ibu dapat menyebutkan yang membuat dekat dengan seseorang”
“Dengan siapa ibu tidak dekat”
“Apa yang harus ibu lakukan agar dekat dengan seseorang”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap”
2) Evaluasi Objektif
Tersenyum menatap perawat
b. Rencana tindak lanjut
“Baik ibu, bagaimana kalau ibu mengingat-ingat kembali yang menyebabkan ibu dekat dengan seseorang dan siapa lagi kira-kira yang dekat dengan ibu”
c. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, tempat)
“Bagaimana kalau nanti kita latihan cara berkenalan dengan orang lain, misalnya ibu dengan perawat”
“Ibu mau ketemu lagi jam berapa?” Bagaimana kalau jam 10 nanti”
“Ibu mau bercakap-cakap dimana?” Bagaimana kalau disini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Menarik Diri
Interaksi / Pertemuan : Ke dua
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Senang menyendiri, kontrak dengan klien kurang, duduk dipojok, termenung
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan khusus
- Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap (klien dengan perawat
- Kegiatan (tidak berinteraksi dengan jelas)
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu….”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? Apakah ibu sudah mengingat kembali manfaat dan kerugian berteman”
c. Kontrak (Topik, waktu, tempat)
“Ibu ingat apa yang akan kita lakukan sekarang”
“Ibu sesuai janji kita tadi, sekarang kita akan latihan cara berkenalan”
“Ibu mau berapa lama bercakap-cakap bagaimana kalau 10 menit” Ibu mau bercakap-cakap dimana, bagaimana kalau diruangan ini”
2. Kerja
“Menurut Ibu kalau kita ingin berkenalan apa yang harus dilakukan”
“Perlukah kita berjabat tangan?”
“Perlu kita berdiri”
“Bagus sekali apa yang ibu katakan”
“Apa saja yang akan kita katakan”
“Betul sekali, kita akan tanyakan nama, nama panggilan, hobi dan asal”
“Bagaimana ibu kita coba”
“Kenalkan saya perawat Agung Sugiarto, senangnya dipanggil Agung”
“Asal saya………….., asal ibu dari mana?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara berkenalan”
2) Evaluasi Objektif
Ibu dapat melakukan cara berkenalan dengan orang lain, coba sebutkan bagaimana cara berkenalan dengan orang lain
b. Rencana tindak lanjut
“Baik bu, bagaimana kalau kita ibu latih cara berkenalan”
“Bagaimana kalau kita buat jadwal kegiatan harian ibu?” Baik coba latihan nanti kalau ada kesulitan, kita bicarakan lagi?”
c. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, tempat)
“Bagaimana kalau nanti kita coba berkenalan dengan perawat lain”
“Ibu mau ketemu lagi jam berapa?” Bagaimana kalau jam 10 nanti”
“Ibu mau bercakap-cakap dimana?” Bagaimana kalau disini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
Pertemuan : Pertama (1)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan malu dan sedih tidak bisa seperti orang lain, tidak seperti kakak dan adiknya sudah bekerja dan menikah
2. Diagnosa
Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. TUK
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, nama saya Agung Sugiarto, panggil saya mas Agung”
“Namanya mas siapa, senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mas pagi ini? Apa yang menyebabkan mas masuk kesini?”
c. Kontrak
1. Topik
Bagaimana kalau kita bercaka-cakap tentang kemampuan / hobi atau hal-hal yang biasa mas lakukan?
2. Tempat
Mau dimana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau ditempat duduk luar ruangan saja agar lebih santai?
3. Waktu
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Kerja
- “Apa yang mas dapat lakukan saat dirumah?”
- “Apa yang biasa mas lakukan dirumah? Dari Bangun tidur dan dari kamar dulu terus apa lagi, dikamar tamu, dihalaman, ditempat kerja. Nah bagus sekali”
- “Mas suka dengan pekerjaan di tempat kerja mas?”
- “Apa yang mas senangi dari keluarga? Dari ibu, kalau dari kakak dan adik?”
- “Bagaimana dengan lingkungan tempat mas tinggal, misalnya Tetangga, teman?”
Apa yang mas sukai disana?
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah bercakap-cakap?”
b. Evaluasi Objektif
- Apa saja tadi kemampuan / kebiasaan yang mas lakukan? Bagus sekali…
- Apa saja tadi yang disenangi di keluarga dan di lingkungan rumah mas yang lain
c. Rencana tindak lanjut
“Baik mas…selanjutnya coba mas ingat-ingat kemampuan yang lain?”
d. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, tempat)
“Bagaimana kalau besok mas mengingat kemampuan mas yang lain dan kemampuan yang dapat dilakukan disini?”
“………mau ketemu lagi besok jam berapa?” Bagaimana kalau jam 09.30 ya”
“……….mau bercakap-cakap dimana?” Bagaimana kalau disini lagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah : Halusinasi
Pertemuan : Ke I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, bisa berkomunikasi dengan perawat, pembicaraan jelas
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
3. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dan mengenali halusinasinya
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)
I. Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Agung Sugiarto, saya biasa dipanggil Agung, saya mahasiswa UNIMUS FIKKES. Saya bertugas diruang ini, Nama mbak siapa? Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?”
“Dimana rumah mbak A?”
“Mbak dirumah dengan siapa saja?”
“Apa pekerjaan mbak A?”
“Hari ini hari apa?”
“Sekarang mbak ada dimana?”
3. Kontrak
a. Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang serin mbak dengar?”
b. Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
c. Tempat
“Dimana tempat yang mbak A suka? Bagaimana kalau disini saja?”
II. Kerja
“Coba mbak A, ceritakan suara-suara yang mbak dengar, apakah mbak A bisa mengenali suara tersebut? Kalau mbak kenal suara itu suara siapa? Kapan saja suara itu mbak dengar? Situasi yang bagaimana yang menurut mbak A menimbulkan suara-suara itu datang? Berapa kali suara-suara mbak A dengar dalam sehari? Apakah mbak A merasa terganggu dengan suara-suara itu?
“Apa yang mbak A lakukan jika suara-suara itu muncul?”
“Apakah mbak A mengikuti suara-suara tersebut?”
“Bagaimana perasaan mbak A ketika suara itu muncul?”
III. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi Subjektif
“Saya senang mbak sudah menceritakan suara-suara yang mbak dengar selama ini. Bagaimana perasaan mbak A setelah berbincang-bincang?”
b. Evaluasi Objektif
“Jadi suara yang mbak A dengar adalah suara-suara itu muncul pada saat……..Dalam satu hari mbak A mendengar suara itu sebanyak……..Dan yang mbak rasakan dan lakukan setelah mendengar suara-suara tersebut adalah……….”
2. Rencana tindak lanjut
“Kalau mbak A mendengar suara-suara itu tolong mbak panggil perawat agar dibantu”
3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, tempat)
Topik:
“Kalau mbak A mendengar suara-suara itu tolong panggil perawat ya”
Waktu:
“Bagaimana kalau nanti siang jam setelah makan siang kita berbincang-bincang?”
Tempat:
“Bagaimana kalau disini lagi kita berbincang-bincang?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar