ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PRE DAN POST SECTIO CAESARIA
Latar belakang
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong.
Dewasa ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan anestesiayang lebih
baik. Karena itu ini ada kecenderungan untuk melakukan seksio sesarea tanpa dasar yang cukup kuat. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus, dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat berhubung dengan bahaya ruptura uteri, walaupun bahaya ini dengan teknik yang sempurna tidak besar.
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1996) indikasi untuk seksio sesarea ialah:
Disproporsi janin-panggul
Gawat janin
Plasenta previa
Pernah seksio sesarea
Kelainan letak
Incoordinate uterine action
Pre-eklamsia dan hipertensi 21%
14%
11%
11%
10%
9%
7%
Dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,58%, sedang kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan yang kemudian terjadi, terdapat 1,03% ruptura uteri. Seksio sesarea yang diselenggarakan pada wanita karena pernah mengalami seksio sesarea, banyak dilakukan di Amerika Serikat.
SECSIO SESAREA TRANSPERITONIAL PROFUNDA
A. Pengertian
Secsio sesarea adalah pebedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Salah satu teknik pembedahan secsio sesarea adalah secsio sesarea transperitonialis profunda yaitu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah rahim.
(Kapita selekta, 1999)
Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu atau janin terganggu.
(Marilyn. E. Doengoes)
Persalinan sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histrotomi)
(Cunningham, Mc. Donald. Gant)
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
(Kapita selekta, 1999)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
(Mochtar. R., 1998)
Seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
(Mochtar R, 1998)
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkn melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
(Ilmu Bedah Kebidanan, 2000)
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
(Syaifudil Abdul Bari, 2002)
B. Indikasi
1. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.
2. Plasenta previa
3. Gawat janin
4. Pernah seksio sesarea sebelumnya
5. Kelainan letak janin
6. Hipertensi
7. Rupture uteri mengancam
8. Partus lama (prolonged labor)
9. Partus tak maju (obstructed labor)
10. Distosia serviks
11. Ketidakmampuan ibu mengejan
12. Malpresentasi janin
a) Letak lintang
1) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b) Letak bokong
secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
1) Panggul sempit
2) Primigravida
3) Janin besar dan berharga
c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
e) Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
1) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
2) Bila terjadi interlock
3) Distosia oleh karena tumor
4) Gawat janin
(Mochtar, R. 1998)
C. Kontraindikasi
Perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, apabila misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau apabila terlalu kecil untuk hidup di luar kandungan. Apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosepalus, anensepalus dan lain-lain.
(Hanifa wiknjosastro, 2002)
D. Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung
c) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia uteri
c) Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
E. Kelebihan Dan Kekurangan Seksio Sesarea Transperitonialis Profunda
1) Kelebihan
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik
c) Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri spontan kurang atau lebih kecil
2) Kekurangan
a) Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a. uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
F. Teknik Secsio Sesarea Transperitonialis Profunda
Teknik Secsio Sesarea Transperitonealis Profunda Daver Catheter di pasang dan wanita berbaring dalam letak tredelenburg ringan. Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa cm di bawah pusat. Setelah peritorium dibuka, dipasang spekulum perut dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang dengan piset, plikovesitas. Uterina dibuka dan insisi diteruskan melintang jauh ke lateral. Kemudian kandung kencing depan uterus didorong ke bawah dengan jari. Pada segmen bawah uterus yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung kencing yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria uterine. Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan, sebelum membuat insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan memperhatikan ligamenta rocundo kanan dan kiri, di tengah-tengah insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak, kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang telah dibuat terlebih dahulu. Sekarang ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar dihisap. Kemudian spekulum perut diangkat dan lengan dimasukkan ke dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari belakang dengan jari-jari tangan penolong. Diusahakan lahirnya kepala melalui lubang insisi. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin lubang insisi. Jika dialami ksulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan, dapat dipasang dengan cunan boerma. Sesudah kepala janin badan terus dilahirkan muka dan mulut terus dibersihkan. Tali pusat dipotong dan bayi diserahkan pada orang lain untuk diurus. Diberikan suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus/ intravena, pinggir luka insisi dipegang dengan beberapa Cunam ovum dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara manual. Tangan untuk sementara dimasukkan ke dalam rongga uterus untuk mempermudah jahitan luka, tangan ini diangkat sebelum luka uterus ditutup sama sekali. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan yaitu lapisan pertama terdiri atas kahitan simpul dengan cagut dan dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain (jangan mengikutsertakan desidua), lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus sehingga luka pada miomtrium tertutup rapi.
Keuntungan pembedahan ini:
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri dikemudian hari tidak besar, karena dalam masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
G. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatiakan Dalam SC
1. Secsio sesarea efektif
Secsio searea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu.
Keuntungannya adalah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan dengan baik.
Kerugiannya adalah karena persalinan belum dimulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Pada umumnya keuntungan lebih besar dari kerugian.
2. Anestesia
Anestesia umumnya mempunyai pengaruh positif degresif pada pusat pernafasan janin. Sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah, selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang timbul perdarahan post partum karena atonia uteri. Anestesia spinal aman buat janin. Akan tetapi selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman adalah anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu akan dapat dilakukan berhubungan dengan sikap mental penderita. Pemutusan untuk dilakukan anestesi total setelah anestesi spina. Di lihat rentang dari injeksi: tunggu 10-15 menit apakah klien merasa sakit atau tidak. Apabila dosis terlalu tinggi diberikan dapat menyebabkan sesak nafas (sulit bernafas) sehingga langsung diputuskan untuk anestesi total.
3. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari pada persalinan pervagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri post partum. Berhubung dengan itu pada tiap-tiap secsio sesarea perlu diadakan persediaan darah.
4. Pemberian
Walaupun pemberian antibiotik sesudah secsio sesarea efektif dapat dipersonalkan, namun pada umumnya pemberian dianjurkan.
(Ilmu Kebidanan, 2002)
H. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna angka kematian 4-7%.
(Mochtar R, 1998).
I. Anjuran Operasi
- Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun dengan memakai kontrasepsi
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
- Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul sempit atau disproposi segala pelvik.
(Mochtar R, 1998)
J. PENATALAKSANAAN
Insisi dinding perut pada garis tengah simfisis beberapa sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka pasang spekulum perut dan lapangan operasi dari rongga perut dengan satu kain panjang/ lebih.
Pegang peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dengan pinset, buka plika vesika uterine dan insisi ini diteruskan melintang ke lateral.
Dorong kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus ke bawah dengan jari.
Insisi segmen bawah uterus selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke atas
Di tengah-tengah, teruskan insisi sampai dinding uterus terbuka dan tampak ketuban. Lebarkan luka ini dengan gunting berujung tumpul ikuti sayatan yang telah dibuat
Pecahkan ketuban dan isap air ketuban yang keluar
Angkat spekulum perut, masukkan tangan ke dalam uterus di belakang kepala janin, pegang kepala janin dari belakang dan lahirkan kepala melalui insisi. Pakai cunan boerma bila kesulitan melahirkan kepala dengan tangan
Pada presentasi sungsang/ letak lintang, cari kaki janin dan lahirkan kepala dengan tangan
Berikan suntikan oksitosin pada 10 unit dalam dinding uterus
Pegang pinggir luka insisi dengan beberapa cunan ovum, keluarkan plasentra dan selaput ketuban secara normal. Masukkan tangan ke dalam rongga uterus untuk memudahkan jahit dinding uterus.
Jahit uterus 2 lapis. Lapisan pertama ialah simpul dengan cargut kromik 00 yang dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain. Lapisan kedua dijahit jelujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar