Jumat, 25 November 2011

Askep Fraktur Os. Alviolaris Maxilla Sinistra

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR OS.ALVIOLARIS MAXILLA SINISTRA


DEFENISI
Rusaknya kontinuitas tulang maxillaris sinistra yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.

PATOFISIOLOGI
Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik

TRAUMA
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi lengan bawah langsung terbentur dengan benda keras.

TANDA DAN GEJALA
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan dagu bawah
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.

PENATALAKSANAAN MEDIK
Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)

PENGKAJIAN
a. Aktifitas/Istirahat :
Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian tulang yang mengalami fraktur, pembekaan dan nyeri.
b. Sirkulasi :
Hypertensi, ansietas karena nyeri.Tachikardi, Nadi teraba lemah bahkan tidak ada pada bagian distal yang cedera dan pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau hematoma pada bagian yang terkena cedera.
c. Neurosensori
Hilang gerakan,Spasme otot, kesemutan (parastesia).
Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Agitasi mungkin berhubungan dengan nyeri dll.
d. Nyeri/Kenyamanan :
Nyeri berat secara tiba-tiba pada saat cedera. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
e. Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan dan perubahan warna. Pembengkakan lokal dapat meningkat atau bertahap.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul :
Potensial terjadinya syok b/d perdarahan,nyeri yang hebat
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan fragmen tulang dan kerusakan jaringan lunak.
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d luka terbuka.
Gangguan aktifitas fisik b/d kerusakan neuro muskuloskeletal.
Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosa, pengobatan b/d kurang familier dengan sumber informasi.


RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

1.
Potensial terjadinya syok sehubungan dengan perdarah-an yang banyak
INDENPENDEN:
Observasi tanda-tanda vital.
Mengkaji sumber, lokasi, dan banyak- nya per darahan
Memberikan posisi supinasi
Memberikan banyak cairan (minum)
KOLABORASI:
Pemberian cairan per infus
Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan peng- hentian perdarahan dengan fiksasi.
Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht)
Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin
Untuk menentukan tindak an
Untuk mengurangi per darahan dan mencegah ke-kurangan darah ke otak.
Untuk mencegah ke ku-rangan cairan
(mengganti cairan yang hilang)
Pemberian cairan per infus.
Membantu proses pem-bekuan darah dan untuk meng hentikan perdarahan.
Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak.

2.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri berhubungan dengan perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
INDEPENDEN:
Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, inten-sitas nyeri dengan meng-gunakan skala nyeri (0-10)
Mempertahankan immobi-lisasi (back slab)
Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
Menjelaskan seluruh pro-sedur di atas
KOLABORASI:
Pemberian obat-obatan analgesik

Untuk mengetahui ting-kat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya.
Mencegah pergeseran tu-lang dan pe- nekanan pada jaring- an yang luka.
Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.
Untuk mempersiapkan men-tal serta agar pasien ber-partisipasi pada setiap tin-dakan yang akan dilakukan.
Mengurangi rasa nyeri

3. 
Potensial infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
INDEPENDEN:
Kaji keadaan luka (konti-nuitas dari kulit) terhadap ada- nya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa.
Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
Merawat luka dengan meng-gunakan tehnik aseptik
Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterba-tasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
KOLABORASI:
Pemeriksaan darah : leokosit
Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT (Toksoid Tetanus)
Persiapan untuk operasi sesuai indikasi
Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
Lekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi
Untuk mencegah kelan-jutan terjadinya infeksi. dan pencegah an tetanus.
Mempercepat proses pe-nyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.

4.
Gangguan aktivitas b/d kerusakan neuro, muskulerskeletal.
INDEPENDEN:
Kaji tingkat im- mobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi ter- sebut.
Mendorong parti- sipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).
Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
Membantu pasien dalam perawatan diri
Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan elimi-nasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur.
Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mi- neral.
KOLABORASI :
Konsul dengan bagi- an fisioterapi
Pasien akan mem- batasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsi-onal)
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, me-ningkatkan perasaan me-ngontrol diri pasien dan membantu dalam mengu-rangi isolasi sosial.
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk me- ningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkat-kan pasien dalam me- ngontrol situasi, me- ningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
Bedrest, penggunaan anal-getika dan perubahan diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan konstipasi.
Mempercepat proses pe-nyembuhan, mencegah pe-nurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 - 30 lb).
Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi.
Untuk menentukan program latihan.



5.


Kurangnya pengetahuan ttg kondisi, prognosa, dan pengo- batan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber in- formasi.


INDEPENDEN:
Menjelaskan tentang ke-lainan yg muncul prognosa, dan harapan yang akan datang.
Memberikan dukung an cara-cara mobili- sasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an fisioterapi.
Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.
Mengidentifikasi pe- layanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care)
Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan.
Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentu kan pilihan..
Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses pe- nyembuhan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
Membantu meng- fasilitaskan perawa- tan mandiri memberi support untuk man- diri.
Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.



DAFTAR PUSTAKA


Marilynn E. Doenges, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta.

R.Sjamsuhidayat dan WIM de Jong, (1996), Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket